abrdut

Rabu, April 13, 2011

IMAN DAN TAQWA

A.    Pengertian Iman
Iman menurut bahasa adalah percaya atau yakin, keimanan berarti kepercayaan atau keyakinan. Dengan demikian, rukun iman adalah dasar, inti, atau pokok – pokok kepercayaan yang harus diyakini oleh setiap pemeluk agama Islam.
Kata iman juga berasal dari kata kerja amina-yu’manu – amanan yang berarti percaya. Oleh karena itu iman berarti percaya menunjuk sikap batin yang terletak dalam hati.
Dalam surat al-Baqarah 165, dikatakan bahwa orang yang beriman adalah orang yang amat sangat cinta kepada Allah (asyaddu hubban lillah). Oleh karena itu, beriman kepada Allah berarti sangat rindu terhadap ajaran Allah. Oleh karena iu beriman kepada Allah berarti amat sangat terhadap ajaran Allah yaitu Al-Quran dan sunnah rasul.
   Dalam hadist yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah Atthabrani, iman didefinisikan dengan keyakinan dalam hati, diikrarkan dengan lisan, dan diwujudkan dengan amal perbuatan (al-Imaanu ‘aqdun bil qalbi waiqraarun billisaani wa’amalun bil arkaan)
Istilah iman dalam al-qur’an selalu dirangkaikan dengan kata lain yang memberikan corak dan warna tentanhg suatu yang diimani, seperti dalam surat an-Nisa’: 51 yang dikaitkan dengan jibti (kebatinan/Idealisme) dan thaghut (realita/nasionalisme). Sedangkan dalam surat al-Ankabut: 52 dikaitkan dengan kata bathil, yaitu wallaziina aamanuu bil baathili. Bathil berarti tidak benar menurut Allah.Sementara dalam surat al-Baqarah: 4 iman dirangkaikan dengan kata ajaran yang diturunkan oleh Allah.
Dengan demikian, kata iman yang tidak dikaitkan dengan kata Allah atau ajaran nya, dikatakan sebagai iman haq, sedangkan yang dikaitkan dengan selainnya dinamakan iman bathil.
Keimanan adalah perbuatan yang bila diibaratkan pohon, mempunyai pokok dan cabang. Bukankah sering kita baca atau dengar sabda Rasullah saw. Yang kita jadikan kata-kata mutiara, misalnya malu adalah sebagian dari iman, kebersihan sebagian dari iman, cinta bangsa dan Negara sebagian dari iman, bersikap ramah sebagian dari iman, menyingkirkan duri atau yang lainnya yang dapat membuat orang sengsara dan menderita, itu juga sebagian dari iman. Diantara cabang - cabang keimanan yang paling pokok adalah keimanan kepada Allah SWT.
     
A.    Wujud Iman
Iman bukan hanya berarti percaya, melainkan keyakinan yang mendorong seorang muslim berbuat amal soleh. Seseorang dinyatakan beriman bukan hanya percaya terhadap sesuatu, melainkan mendorongnya untuk mengucapkan dan melakukan sesuatu sesuai keyakinannya.
Akidah Islam adalah bagian yang paling pokok dalam agama Islam. Seseorang dipandang muslim atau bukan muslim tergantung pada akidahnya. Apabila ia berakidah muslim maka segala sesuatu yang dilakukannya akan bernilai sebagai amal saleh. Apabila tidak berakidah, maka segala perbuatannya dan amalnya tidak mengandung arti apa-apa.
Oleh karena itu, menjadi seorang muslim berarti meyakini dan menjalankan segala sesuatu yang diajarkan dalam ajaran Islam.

B.        Proses Terbentuknya Iman
Benih iman yang dibawa sejak dalam kandungan memerlukan pembinaan yang bekesinambungan. Pengaruh pedidikan keluarga secara langsung maupun tidak langsung sangat berpengaruh terhadap iman seseorang.
      Pada dasarnya, proses pembentukan iman diawali dengan proses perkenalan. Megenal ajaran Allah harus dilakukan sedini mungkin sesuai dengan kemampuan anak itu. Disamping pengenalan, proses pembiasaan juga perlu diperhatikan, seorang anak harus dibiasakan dari kecil untuk mengenal dan melaksanakan ajaran Allah, agar kelak dapat melaksanakan ajaran -ajaran Allah.

C.    Tanda-tanda Orang Beriman
Al-qur’an menjelaskan tanda-tanda orang yang beriman sebagai berikut:
1.      Jika disebut nama Allah, hatinya akan bergetar dan berusaha ilmu Allah tidak lepas dari syaraf memorinya (al-anfal : 2)
2.      Senantiasa tawakal, yaitu bekeja keras berdasarkan kerangka ilmu Allah. (Ali imran : 120, Al maidah: 12, al-anfal : 2, at-taubah: 52, Ibrahim:11)
3.      Tertib dalam melaksanakan shalat dan selalu melaksanakn perintah-Nya. (al-anfal: 3, Al-mu’minun: 2, 7)
4.      Menafkahkan rizki yang diterima dijalan Allah. (al-anfal: 3, Al-mukminun: 2, 7)
5.      Menghindari perkataan yang tidak bermanfaat dan menjaga kehormatan. (Al-mukminun: 3, 5)
6.      Memelihara amanah dan menepati janji. (Al-mukminun: 6)
7.      Berjihad di jalan Allah dan Suka menolong. (al-Anfal : 74)
8.      Tidak meninggalkan pertemuan sebelum meminta izin. (an-nur: 62)
D.    Pengertian  Takwa
  Taqwa berasal dari kata waqa, yaqi , wiqayah, yang berarti takut, menjaga, memelihara dan melindungi.Sesuai dengan makna etimologis tersebut, maka taqwa dapat diartikan sikap memelihara keimanan yang diwujudkan dalam pengamalan ajaran agama Islam secara utuh dan konsisten ( istiqomah ). Karakteristik orang – orang yang bertaqwa, secara umum dapat dikelompokkan kedalam lima kategori atau indicator ketaqwaan.
a)      Iman kepada Allah, para malaikat, kitab – kitab dan para nabi. Dengan kata lain, instrument ketaqwaan yang pertama ini dapat dikatakan dengan memelihara fitrah iman.
b)      Mengeluarkan harta yang dikasihnya kepada kerabat, anak yatim, orang – orang miskin, orang – orang yang terputus di perjalanan, orang – orang yang meminta – minta dana, orang – orang yang tidak memiliki kemampuan untuk memenuhi kewajiban memerdekakan hamba sahaya. Indikator taqwa yang kedua ini, dapat disingkat dengan mencintai sesama umat manusia yang diwujudkan melalui kesanggupan mengorbankan harta.
c)      Mendirikan solat dan menunaikan zakat, atau dengan kata lain, memelihara ibadah formal.
d)     Menepati janji, yang dalam pengertian lain adalah memelihara kehormatan diri.
e)      Sabar disaat kepayahan, kesusahan dan diwaktu perang, atau dengan kata lain memiliki semangat perjuangan.



E.     Korelasi Keimanan dan Ketakwaan
Keimanan pada keesaan Allah yang di kenal dengan istilah Tauhid di bagi menjadi dua, yaitu Tauhid Teoritis (Tauhid Rububiyah) dan Tauhid Praktis (Tauhid Uluhiyyah)
Tauhid teoritis adalah Tauhid yang membahas tentang keesaan zat, keesaan sifat, dan keesaan perbuatan Tuhan. Konsekuensi tauhid teoritis adalah pengakuan yang ikhlas bahwa Allah adalah satu-satunya wujud mutlak.
Adapun Tauhid Praktis yang merupakan terapan Tauhid Teoritis, berhubungan dengan ibadah manusia.
Dalam menegakkan Tauhid seseorang harus menyatukan iman dan amal, konsep dan pelaksanaan, pikiran dan perbuatan, serta teks dan konteks dengan demikian bertauhid adalah mengesakan Tuhan dalam pengertian yakin dan percaya kepada Allah melalui pikiran, membenarkan dalam hati, mengucapkan dengan lisan dan mengamalkannya dengan perbuatan.

F. Implementasi Iman Dan Takwa
  1. Problematika, Tantangan dan Resiko dalam Kehidupan Modern
Pada millennium ketiga, bangsa Indonesia dimungkinkan sebagai masyarakat yang satu dengan yang lainnya saling bermusuhan. Hal itu digambarkan oleh Ali Imran : 103, sebagai kehidupan yang terlibat dalam wujud saling bermusuhan ( idz kuntum a’ daa’an ), yaitu suatu wujud kehidupan yang berada pada ancaman kehancuran.
Adopsi modernisme (westernisme), kendatipun tidak secara total, yang dilakukan bangsa Indonesia selama ini, telah menempatkan bangsa Indonesia menjadi bangsa yang semi naturalis. Di sisi lain, di adopsinya idealisme juga telah menjadikan bangsa Indonesia menjadi pengkayal. Adanya tarik menarik antara kekuatan idealisme dan naturalisme menjadikan bangsa Indonesia bersikap tidak menentu. Oleh karena itu, kehidupannya selalu terombang-ambing oleh isme-isme tersebut.
Untuk membebaskan bangsa Indonesia dari persoalan tersebut, perlu dilakukan revolusi pandangan. Dalam kaitan ini, iman dan taqwa yang dapat berperan menyelesaikan problema dan tantangan kehidupan modern tersebut.

  1. Peran Iman dan Takwa dalam Menjawab Problema dan Tantangan Kehidupan Modern
Pengaruh iman terhadap kehidupan manusia sangat besar. Berikut ini dikemukakan beberapa pokok manfaat dan pengaruh iman pada kehidupan manusia:
a.      Iman melenyapkan kepercayaan pada kekuasaan benda
Orang  yang beriman hanya percaya pada kekuatan dan kekuasaan Allah. Kalau Allah hendak memberikan pertolongan, maka tidak ada satu kekuatanpun yang dapat mencegahnya. Sebaliknya,jika Allah hendak menimpakan bencana, maka tidak ada satu kekuatanpun yang sanggup menahan dan mencegahnya. Kepercayaan dan keyakinan demikian menghilangkan sifat mendewa-dewakan manusia yang kebetulan sedang memegang kekuasaan, menghilangkan kepercayaan pada kesaktian benda-benda keramat, mengikis kepercayaan pada khufarat, takhyul, jampi-jampi dan sebagainya. Pegangan orang yang beriman adalah firman Allah surat Al Fatihah ayat 1-7

b.      Iman menanamkan semangat berani menghadapi maut
Takut menghadapi maut menyebabkan manusia menjadi pengecut. Banyak diantara manusia yang tidak berani mengemukakan kebenaran, karena takut menghadapi resiko. Orang yang beriman yakin sepenuhnya bahwa kematian di tangan Allah. Pegangan orang beriman mengenai soal hidup dan mati adalah firman Allah:
Dimana saja kamu berada, kematian akan datang mendapatkan kamu kendatipun kamu di benteng yang tinggi lagi kokoh.( An Nisa 4: 78)

c.       Iman menanamkan sikap self help dalam kehidupan
Rezeki memegang peranan penting dalam kehidupan manusia. Banyak orang yang melepaskan pendirian bahkan tidak segan-segan melepaskan prinsip,menjual kehormatan,bermuka dua,menjilat dan memperbudak diri karena kepentingan materi. Pegangan orang beriman dalam hal ini adalah firman Allah:
Dan tidak ada satu binatang melatapun dibumi melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam kitab yang nyata (lauhul mahfud) (Hud, 11:6)

d.      Iman memberikan kententraman jiwa
Acapkali manusia dilanda resah dan duka cita, serta digoncang oleh keraguan dan kebimbangan. Orang yang beriman mempunyai keseimbangan , hatinya tentram(mutmainah), dan jiwanya tenang(sakinah), seperti dijelaskan firman Allah:
…..(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram dengan mengingat Allah. Ingatlah,hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tentram (Ar-Ra’d,13:28)

e.       Iman mewujudkan kehidupan yang baik (hayatan tayyibah)
Kehidupan manusia yang baik adalah kehidupan orang yang selalu melakukan kebaikan dan mengerjakan perbuatan yang baik. Hal ini dijelaskan dalam firman Allah :
Barang siapa yang mengerjakan amal shaleh baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahal yang lebih baik dari apa yang mereka kerjakan. (An Nahl, 16:97)

f.       Iman melahirkan sikap ikhlas dan konsekuen
Iman memberi pengaruh pada seseorang untuk selalu berbuat ikhlas, tanpa pamrih , kecuali keridaan Allah. Orang yang beriman senantiasa konsekuen dengan apa yang telah diikrarkannya, baik dengan lidahnya maupun dengan hatinya. Ia senantiasa berfirman pada firman Allah:
Katakanlah : Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam. (Al-An’aam, 6:162)

g.      Iman memberikan keberuntungan
Orang yang beriman selalu berjalan pada arah yang benar karena Allah membimbing dan mengarahkan pada tujuan hidup yang hakiki. Dengan demikian orang yang beriman adalah orang yang beruntung dalam hidupnya. Hal ini sesuai dengan firman Allah:
Mereka itulah yang tetap mendapat petunjuk dari Tuhan mereka, dan merekalah orang-orang yang beruntung. (Al-Baqarah, 2:5)

h.      Iman mencegah penyakit
Ahlak, tingkah laku, perbuatan fisik seorang mukmin, atau fungsi biologis tubuh manusia mukmin dipengaruhi oleh iman.
Jika seseorang jauh dari prinsip-prinsip iman, tidak mengacuhkan azas moral dan ahlak, merobek-robek nilai kemanusiaan dalam setiap perbuatannya, tidak pernah ingat kepada Allah, maka orang yang seperti ini hidupnya akan dikuasai oleh kepanikan dan ketakutan.
Hal itu akan menyebabkan tingginya hormon adrenalin dan persenyawaan kimia lainnya. Selanjutnya akan menimbulkan pengaruh yang negatif terhadap biologi tubuh serta lapisan otak bagian atas. Hilangnya keseimbangan hormon dan kimiawi akan mengakibatkan terganggunya kelancaran proses metabolisme zat dalam tubuh manusia. Pada waktu itulah timbullah gejala penyakit, rasa sedih, dan ketegangan psikologis, serta hidupnya selalu dibayangi oleh kematian.
 Demikianlah pengaruh dan manfaat iman pada kehidupan manusia, ia bukan hanya sekedar kepercayaan yang berada dalam hati, tetapi menjadi kekuatan yang mendorong dan membentuk sikap perilaku hidup. Apabila suatu masyarakat terdiri dari orang-orang yang beriman, maka akan terbentuk masyarakat yang aman, tentram, damai, dan sejahtera

Tidak ada komentar:

Posting Komentar